Perempuan Bersampur Merah by Intan Andaru
Ebook Gramedia Digital 220 pages
Published January 7, 2019 by Gramedia Pustaka Utama
Rating 3/5
Apa yang saya ingat dari tragedi akhir tahun 1990an mungkin hanya jelang lengsernya orang nomor satu Indonesia waktu itu. Membaca buku ini membuka kenangan saya akan tragedi lain yang menghiasi lembar-lembar surat kabar yang saya baca sekilas-sekilas. Maafkan saya yang tidak terlalu menganggap tragedi ini sebagai peristiwa penting karena luka yang dialami para keluarga korban tak lebih menyedihkan dari tragedi besar lainnya.
Ayu atau Sari tinggal di sebuah desa di Banyuwangi, sebuah daerah yang cukup kental kepercayaan terhadap klenik, apalagi di tahun 1990an. Ayahnya yang terkenal mampu menyembuhkan anak-anak yang terkena sawan, atau penyakit tak kasat mata lainnya, alih-alih dihormati, justru mendapat fitnah sebagai dukun santet. Ayah Sari menjadi salah satu korban yang dituduh sebagai dukun santet.
Bertahun-tahun, Sari berusaha mengungkap rahasia siapa sebenarnya yang menjadi dalang tragedi tersebut. Sari tidak hanya mencatat nama-nama yang kemungkinan berhubungan dengan kematian ayahnya, juga menyelidiki siapa sebenarnya orang-orang tersebut. Sayang sekali, penyelidikan Sari hanya mentok pada orang-orang yang hanya menjadi suruhan.
Keingintahuan Sari akan satu nama yang membawanya pada sanggar tari Mak Rebyak. Tanpa ia sadari, ia sangat menikmati aktivitas barunya ini. Tidak hanya itu, kesibukannya ini sedikit mengalihkan rasa sakit hatinya pada kematian ayahnya yang mengenaskan.
Sementara itu, Sari kecil yang beranjak remaja mulai mengenal rasa tertarik pada lawan jenis. Dua sahabat kecilnya tak pernah meninggalkan dirinya. Ahmad yang setia menemaninya dimanapun dan kapanpun, dan Rama yang sedikit berubah tapi justru mulai berani mengajaknya keluar layaknya kencan.
Saya membaca ini dalam rangka tantangan baca baru bulan Juni 2020, yaitu membaca novel berlatar belakang sejarah. Meski sejarah yang dikemas di novel ini sangat menggebu di awal, namun mulai melemah di tengah seiring galaunya Sari akan rasa cintanya, cinta pada kampung halaman atau kekasih hati. Namun untungnya, si penulis tidak melupakan ide awal novel ini yaitu tragedi kematian dukun santet. Ending yang cukup mengejutkan berada di beberapa halaman terakhir.
Semula, ketika membaca sinopsis novel ini, saya berpikir bahwa keikutsertaan Sari pada kelompok tari gandrung ini akan membawanya pada orang-orang yang mendalangi tragedia dukun santet ini. Perjalanan dari satu kota ke kota lain dan membawanya pada nama-nama baru yang mengerucut pada satu nama, si dalang tragedi. Tapi ternyata saya yang terlalu banyak membaca kisah detektif 🤣🤣🤣. Si dalang itu ada di depan hidungnya selama ini. Plot twist yang menarik.
Mengenai nama si karakter utama, awalnya saya bingung dengan panggilan ibu atau teman-temannya. Satu kali dipanggil 'Yu' di kali lain dipanggil 'Sar'. Apakah ini typo? Ngga mungkin kan? Ataukah si karakter ini bernama Saryu? 😂😂😂. Oya, novel ini menggunakan setting waktu maju mundur. Di tiap bab akan tertulis judul sub bab lengkap dengan tahun yang melatarbelakangi cerita. Di satu bab mengisahkan bahwa Ayu sempat sakit-sakitan yang menurut kepercayaan banyak orang, namanya terlalu berat hingga ia harus berganti nama. Oh, begitu rupanya. 🤔🤔🤔
Membaca ini membuat saya sadar bahwa meski Banyuwangi ini masih berada di wilayah Jawa, Jawa Timur tepatnya, bahasa Jawa yang digunakan tak sepenuhnya saya mengerti. Ada kalanya tanpa melihat catatan kaki, saya bisa memahami, tapi sering kali saya harus melihat catatan kaki untuk memahami konteksnya. Selain itu, buku ini juga mengenalkan beberapa budaya setempat, seperti tari gandrung yang sempat menjadi simbol kota Banyuwangi.
Meski di awal saya sempat kurang sreg dengan gaya bercerita yang melompat maju mundur, tapi lambat laun saya menikmati juga. Detil perasaan yang dialami Sari kecil cukup membuat saya bergidik ketika ia mengingat bagaimana si ayah tewas. Suasana desa lengkap dengan bebauan dan suara alam juga cukup menyenangkan. Kegiatan yang dilakukan Sari bersama ayahnya menjelaskan kedekatan keduanya. Tak heran, ketika sang ayah mendapat perlakuan tidak adil, Sari merasa bertanggung jawab untuk mengungkapkan rahasia tragedi tersebut.
Secara keseluruhan, novel ini berhasil membuat saya kembali membuka sejarah kelam yang lain yang terjadi di negeri tercinta ini. Semoga takkan lagi terjadi di waktu yang akan datang.
Betuull... di awal2 aku jg kurang nyaman dengan alur waktunya yg lompat2 tiap bab, sampai akhir baca tetep ngeliatin tulisan tahun di awal bab, padahal ya sudah runut maju 🙄
ReplyDelete