Weathering With you by Makoto Shinkai
Judul asli: Tenki no Ko
Paperback 296 pages
Published 2021 by Penerbit Haru (first published July 18, 2019)
Penerjemah: Astri Pratiwi Wulandari
Rating 3/5
Biasanya saya membaca bukunya dulu baru nonton filmnya. Tapi ini tdak berlaku untuk buku-bukunya Makoto Shinkai sensei. Sebelumnya, saya juga mengubah kebiasaan saya ini di buku/ film Kimi no Nawa/ Your Name. Yup, tentu saja karena filmnya beredar terlebih dahulu baru kemudian bukunya beredar. Lebih tepatnya buku yang diadaptasi dari film.
Poster film animasinya (2019) |
Menonton dan membaca tentu saja merupakan pengalaman yang berbeda. Apalagi jika itu buku adaptasi dari film Makoto Shinkai sensei yang sudah terkenal dengan kecantikan gambarnya. Ditambah dengan musik latar yang dibawakan oleh grup Radwimps, grup yang sama untuk film Kini no Nawa. Mrinding rasanya.
Ceritanya, well, saya berharap ada sedikit perubahan dari versi filmnya, tapi ternyata sama persis. Saya menyempatkan menonton ulang filmnya beberapa menit (sebelum kemudian jatah kuota internet untuk hari itu habis, dan saya ngga lanjutkan nonton hahahaha.... ).
Hodaka Morishima, pemuda 16 tahun, minggat dari rumah dan bertekad berpetualang di Tokyo. Dengan naik kapal, ia mewujudkan keinginannya untuk melihat Tokyo. Di perjalanan, ia berkenalan dengan Suga-san, laki-laki dewasa yang menawarkan bantuan jika ia nanti membutuhkan.
Kehidupan di Tokyo tidak semudah yang Hodaka bayangkan. Terseok-seok ia pergi menuju ke alamat di mana Suga-san berada. Dia akhirnya bekerja untuk Suga-san sebagai penulis di sebuah majalah yang memuat artikel ajaib-ajaib yang berhubungan dengan klenik.
Saat itu, Tokyo diguyur hujan selama berbulan-bulan. Di tengah-tengah cuaca tak menentu itu, muncul gosip tentang adanya Gadis Cerah yang bisa membuat langit mendung menjadi cerah. Apakah itu benar atau sekedar gosip belaka.
Secara tak sengaja, Hodaka berkenalan dengan Hina-san, gadis baik hati yang memberinya burger hangat di kala ia kelaparan di tengah cuaca dingin. Adalah sebuah kebetulan ketika kemudian hari dia tahu bahwa si Gadis Cerah itu adalah Hina-san.
Bersama Hina-san, Hodaka membuat perusahaan jasa, yaitu permintaan cuaca cerah bagi siapa saja dengan imbalan uang.
Dari sini, sebenarnya ada kesalahan. Sebuah kemampuan yang didapat dari langit, sepertinya tidak seharusnya diperjualbelikan. Tapi karena mereka berdua adalah anak-anak yang butuh biaya hidup di kota besar Tokyo, mereka tak punya pilihan lain kan?
Dan muncullah ramalan, Gadis Cerah harus membayar kemampuannya ini dengan jiwanya.
Sebuah harga yang sangat mahal.
Ketika saya menonton filmnya, karena mata minus, saya antara bisa membaca teks di layar dan tidak. Maklum, mata minus parah ya begini hahaha... Sedih ya. Tapi paling tidak saya mengerti ada harga yang harus dibayar untuk kemampuannya itu. Apalagi ia sempat mengkomersilkan kemampuannya ini. Saya pernah mempelajari ilmu pengobatan yang menggunakan energi. Setiap kali seusai merawat seseorang, pasti akan ada hal kurang enak saya rasakan. Karena itulah, saya berhenti melakukan kegiatan yang alih-alih mengobati orang lain, malah justru membawa penyakit buat saya sendiri.
Kembali ke Hina-san. Pada akhirnya dia memang harus membayar kemampuannya itu.
Setelah menonton film ini, saya membaca banyak komentar yang membandingkan antara Tenki no Ko ini dengan Kimi no Nawa. Di Kimi no Nawa, Taki harus menempuh perjalanan yang nyaris mustahil demi menyelamatkan Mitsuha dan warga kampung dimana roket akan jatuh. Sementara di Tenki no Ko, Hodaka harus menempuh petualangan heboh demi menyelamatkan Hina-san. Ia tahu, jika ia bisa menyelamatkan Hina-san, maka tidak ada lagi Gadis Cerah. Dan itu berarti langit Tokyo akan terus menerus menangis, alias hujan tak henti.
Taki menyelamatkan orang banyak sementara Hodaka menyelamatkan satu orang demi dirinya, dan Nagi, adik Hina-san, dan mengorbankan seluruh warga Tokyo dengan hujan terus menerus.
Tapi kemudian saya jadi ingat satu kalimat dari Suga-san,
Edo sendiri dulu katanya teluk kecil di laut. Nama tempatnya mewakili itu, bukan? Irie-- teluk, toguchi - pintu masuk, pintu masuk ke teluk itulah Tokyo. Daratan itu pun berubah sedikit demi sedikit karena manusia dan cuaca. (hal. 286)
Saat ini saya sedang menonton dorama Japan Sinks, People of Hope, dimana orang-orang Kanto sedang menghadapi ancaman Kanto bakal tenggelam. Dan film seputar tenggelamnya Jepang ini sudah berulangkali dibuat dalam bentuk layar lebar. Dari mulai tahun 1973 hingga 2006, hingga yang terbaru, yaitu 2021. Ada juga versi anime series nya yang beredar tahun 2020 lalu. Semuanya bercerita tentang hal yang sama. Ada apakah gerangan? Saya tahu orang-orang Jepang akan melakukan segala hal untuk menghindari hal itu terjadi. Tapi jika itu fenomena alam, bagaimana ya?
Poster dorama Japan sinks, People of Hope |
Sementara di Indonesia sendiri, banyak juga beredar ramalan beberapa daerah yang akan tenggelam, selain Jakarta. Dan Semarang, adalah salah satu diantaranya. Duh, serem ya... Semoga saja ramalan itu meleset.Wallahu alam.
Secara keseluruhan, buku dan filmnya ngga ada bedanya. Malah mungkin lebih asik nonton sih, selain disuguhi pemandangan indah khas Makoto Shinkai sensei, juga lagu-lagu enak dari Radwimps.
Trailer film anime-nya
0 Response to "Weathering With you by Makoto Shinkai"
Post a Comment