The Arson Project by Akaigita

Paperback 368 pages

Published by Gramedia Pustaka Utama

Rating 4/5

Setelah membaca 2 buku Akaigita sebelumnya, yaitu Ephemera dan Enigma Pasha, saya ngga ragu untuk membeli paperback buku ini, karena versi gramedia digital nya ngga masuk-masuk ke aplikasi tersebut hahaha... Ini juga berkat THR lebaran kemarin itu sih. ngga nyangka, setua ini masih dapat selipan uang Lebaran dari tetangga wkwkwkwk...

Melihat judulnya, saya yakin, bakal ada yang seru dari buku ini, semacam petualangan yang melibatkan bahaya. Kata arson, entah mengapa mengingatkan saya pada racun yang mematikan. Sementara project nya sendiri mengarah pada suatu percobaan dengan menggunakan arson itu sendiri. Tapi ternyata, setelah saya membaca berlembar-lembar, yang namanya sebuah project yang menggunakan arson itu tidak pernah muncul. Nah, setelah saya gugling sebentar, ternyata arti arson itu sendiri adalah pembakaran yang disengaja. Pembakaran itu bisa jadi terjadi pada, kendaraan, hutan atau bangunan.

Dan memang ini cerita tentang pembakaran secara sengaja.

Kara bertemu Mike di villa orangtuanya ketika ia masih SD. Bersama kakaknya, Kadim, Kara menjalani masa kecil penuh petualangan bersama Mike.

Siapakah Mike ini? Dia adalah remaja berparu-paru lemah yang ikut ibunya bekerja sebagai tenaga bersih-bersih di villa sebelah villa milik orangtua Kara. Pengetahuannya tentang bagaimana membuat api menggunakan sinar matahari dan lup, memesona Kara.

Ketika Kara beranjak remaja, dia kembali berteman dengan Mike di lingkungan yang berbeda. Teater. Kara yang lihai membaca puisi di pagelaran teater milik artis terkenal, mengajak Mike bergabung. Rasa suka Mike pada Kara membuatnya luluh dengan ajakan Kara, meski ia harus patah hati karena waktu itu Kara telah berpacaran dengan anak si pemilik teater.

Banyaknya kejadian yang menimpa mereka berdua, yang melibatkan masa lalu orangtua Mike, membuat rasa nyaman di teater berubah menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, hingga timbullah rencana pembakaran yang diinisiasi oleh Mike dan Kara.

Bagaimana akhirnya rencana arson mereka? Jika akhirnya terjadi, bagaimana nasib keduanya, karena pembakaran secara sengaja tentu memiliki hukum yang memberatkan meskipun mereka masih di bawah umur.

Pengalaman membaca buku ketiga Akaigita ini sedikit berbeda dengan berganti-gantinya point of view si pencerita. Di awal saya bahkan merasa agak bingung dengan timeline keduanya. Kara seperti bercerita ketika ia pertama kali bertemu Mike, yang berarti dia masih kecil, sementara Mike bercerita di masa kini, yang berarti keduanya sudah beranjak remaja. Tapi pada satu bab, akhirnya timeline mereka bertemu, dan saya ngga bingung lagi hahaha...

Saya suka dengan gaya bercerita penulis dan gaya guyonnya yang renyah. Rencana pembakarannya lumayan detil meski tidak terlalu detil hingga orang awam seperti saya bisa melakukan pembakaran seperti yang dilakukan Mike. Pada waktu masih kecil dulu, kakak laki-laki saya sering mengajak saya bermain dengan kaca pembesar yang diarahkan ke pentol korek yang diletakkan di lantai dan mengarahkan kaca pembesar itu sejajar dengan matahari. Proses ketika pentol korek itu terbakar menjadi sensasi yang mengejutkan sekaligus melenakan buat kami hingga kami ingin selalu mengulangnya, hingga ibu saya ngamuk karena korek api jadi cepat habis buat mainan kami wkwkwkwk...

Saya juga suka dengan karakter Kara yang ceria dan Mike yang misterius tapi penyayang, meski agak sadis juga sih. Kadim, kakak Kara juga kocak meski jarang muncul. Saya sempat menduga-duga, 3 orang di sampul buku ini, 2 diantaranya pasti Kara dan Mike, tapi siapakah orang ketiganya? Kadim atau lainnya? Well, overall, saya puas membaca buku ini. Semoga Akaigita segera merilis buku barunya lagi :D