(Jlit review) Lonely Castle in The Mirror by Mizuki Tsujimura
Ebook 355 pages
Translator: Phillip Gabriel
Published April 22, 2021 by Doubleday
Rating 4,5/5
Wwwwooooooooowwww… sooo many plot twists, from the middle until the end!
Saya baca buku ini entah karena judulnya yang terkesan fantasi sekaligus puitis dan ternyata saya sangat menikmatinya.
Berawal dari Kokoro, gadis SMP kelas 1 yang menolak ke sekolah dan lebih memilih ngendon di rumah. Ibunya sudah beberapa kali menawarinya pindah sekolah atau pergi ke sekolah alternatif, tapi Kokoro masih ragu. Hingga satu hari dia melihat kaca di kamarnya berkilau. Antara penasaran dan takut, ia menyentuh kaca tersebut, dan masuklah ia ke dalam kaca…
Jadi inget adegan di film Narnia, The Voyage of the Dawn Treader ketika sebuah lukisan laut dan kapal tiba-tiba hidup dan membawa Lucy dan saudara-saudaranya ke kapal betulan.
Kokoro terdampar di sebuah Kastil antah berantah. Dan disana ia disambut oleh seorang gadis kecil dengan topeng serigala. Ketakutan, Kokoro langsung kembali ke kamarnya melalui portal kaca, tanpa menghiraukan panggilan dari si serigala.
Keesokan harinya, Kokoro memberanikan diri kembali ke Kastil misterius. Di sana ia kembali disambut oleh si serigala, yang kemudian disebut Wolf Queen. Bersamanya ada 6 anak lainnya yang usianya hampir sepantaran dengannya. Mereka mengenalkan diri sebagai Rion, Subaru, Aki, Fuka, Masamune, dan Ureshino.
Siapakah mereka semua, dan mengapa mereka terdampar di dalam kastil? Dari sudut cerita Kokoro, pembaca tahu bahwa ia enggan masuk sekolah karena adanya bullying yang ia alami. Nah, apakah ke enam lainnya juga mengalami pengalaman yang sama di sekolah?
Wolf Queen menjelaskan bahwa kehadiran mereka di Kastil akan berlangsung selama 1 tahun, selama tahun ajaran di sekolah mereka dengan durasi yang sama dengan mereka di sekolah, 9.00-17.00. Dan akan berakhir nanti tanggal 30 Maret di tahun berikutnya. Mereka mendapat tugas untuk menemukan sebuah kunci. Siapa pun yang menemukan kunci itu, akan dikabulkan apapun keinginannya. Selama pencarian itu, mereka bebas melakukan apapun yang mereka sukai di Kastil. Mereka boleh berada di Kastil dari pukul 9 pagi hingga 5 sore. Jika ada diantara mereka yang melanggar, mereka akandimakan oleh serigala besar yang hidup di Kastil. Wow, seram!
Masamune yang memiliki hobi bermain game, membawa bermacam game beserta TV dan konsolnya ke Kastil. Banyak diantara mereka yang ikut bermain bersama. Suasana kaku di awal pertemuan, mulai mencair seiring mereka bermain game. Kokoro, Aki dan Fuka sebagai 3 cewek di antara 7 itu mulai membuka diri tentang mereka.
4 cowok lainnya juga mulai akrab satu sama lain. Hanya, mengapa mereka berada bersama di Kastil masih menjadi misteri. Hingga satu hari, Aki muncul dengan memakai seragam sekolahnya. Semua anak terkejut karena menyadari bahwa Aki berasal dari sekolah yang sama di mana mereka semua belajar, kecuali Rion yang belajar di Hawaii. Tapi tetap ada benang merah antara dirinya dengan sekolah dimana semua anak itu bersekolah. Apakah mereka semua sebenarnya berteman di luar Kastil? Apakah mereka semua mengalami bullying seperti Kokoro dan enggan pergi ke sekolah?
Untuk membuktikan bahwa mereka berasal dari sekolah yang sama, salah satu dari anak itu mengusulkan untuk bertemu di luar kastil di tanggal tertentu di bulan Januari. Waktu dan tempat telah mereka sepakati dan segala kemungkinan terburuk jika mereka tak saling bertemu.
Apakah mereka bertemu?
Berhasilkah mereka menolong satu sama lain yang mengalami masalah di sekolah?
Plot twist dimulai dari kemunculan Aki dengan seragam sekolahnya, dan diikuti plot twist lainnya yang membuat saya bolak balik mengelus dada . Saya pikir cerita akan berkutat pada persaingan mereka menemukan kunci dan mewujudkan keinginan mereka. Tapi ternyata saya salah. Ini bukan game serupa Battle Royale atau Hunger Games dimana para pesertanya berlomba menyingkirkan peserta lain. Yang ada jauh lebih menyentuh dan membuat saya berpikir. Keengganan anak ke sekolah tidak melulu disebabkan oleh perundungan, tapi bisa jadi penyebab dari keluarga sendiri. Kesehatan mental mereka sudah harus diuji di usia semuda itu tentu sangat menyakitkan hati.
Yang menyenangkan dan melegakan dari kisah ini adalah semua latar belakang anak dikisahkan dan semuanya cukup mengejutkan. Masalah anak yang tidak mau ke sekolah tidak hanya karena rundungan secara fisik dari teman, tapi omongan yang kurang enak, dan bahkan anak dengan bakat bagus pun bisa memicu anak tidak mau ke sekolah. Ada orangtua yang cukup paham tentang ini, tapi ada juga orangtua yang tidak peduli. Ada guru yang cukup peka, tapi ada juga guru yang sama sekali bertolak belakang.
Ssstttt… sedikit spoiler ya
Salah satu anak itu berteori bahwa mereka semua berada di dunia paralel yang bersekolah di tempat yang sama. Tapi dalam hati saya entah mengapa menolak teori ini. Dan ternyata dugaan saya benar. Di bab terakhir buku ini dikisahkan Kokoro yang mengalami perjalanan non fisik untuk mengetahui masa lalu teman-temannya. Jika nanti buku ini terbit versi animenya, bisa jadi ini adalah petunjuk tanpa Kokoro harus berpanjang lebar menjelaskan.
Oh iya, buku ini bakal muncul versi anime movie nya dengan judul yang sama. Saya mengetahuinya secara kebetulan juga ketika sedang scroll rekomendasi di Bstation. Waaahhh… ngga sabar pengen nonton!
Trailer anime movie-nyaaa. Sayang ngga yakin kapan tayangnya.
Versi terjemahan bahasa Indonesia terbitan Clover |
0 Response to "(Jlit review) Lonely Castle in The Mirror by Mizuki Tsujimura "
Post a Comment