The Fountains of Silence by Ruta Sepetys
Paperback 508 pages
Alih bahasa: Airien Kusumawardhani
Published by Elex Media Komputindo
Rating: 4/5
Akhirnyaaaaa selesai juga tantangan baca buku sejarah untuk bulan ini.
Well, buku ini cukup lama tertimbun hingga satu hari, bulan lalu, ada seorang teman twitter yang mengajak membaca buku sejarah terutama buku-buku dari penulis Ruta Sepetys. Karena hampir tiap bukunya saya baca, maka saya menantang diri sendiri untuk berpartisipasi dalan tantangan tersebut. Toh sudah nimbun sejak kapan tahun wkwkwk...
Berbeda dari buku-buku Sepetys sebelumnya yang rasanya begitu membaca saya langsung terhanyut dengan kisah di dalamnya, kali ini rasanya kok agak berat. Mungkin karena sudut pandang yang berubah dari Daniel Matheson, Rafa, Julia, dan Puri. Nama-nama Spanyol nya ga begitu masalah sih, hanya deretan interaksi yang sesekali berbahasa Spanyol dan tidak diterjemahkan membuat saya semakin sulit untuk masuk ke jalan ceritanya.
Daniel Matheson, 19 tahun, ikut ayah ibunya ke Madrid karena urusan bisnis. Seusai perang dunia kedua, suasana kota Madrid, dan Spanyol pada umumnya masih dicekam dengan panasnya perang saudara. Bentrokan antara partai Nasionalis dan Republikan dimenangkan oleh Nasionalis yang mengakibatkan banyak penderitaan pada keluarga-keluarga Republikan. Kepemimpinan Generalisimo Fransisco Franco yang didukung oleh Hitler dan Mussolini membuat rakyat Spanyol hidup dalam ketakutan. Sesuai dengan judul novel ini, The Fountain of Silence, banyak kebenaran yang dibungkam selama pemerintahan Franco yang berlangsung selama 36 tahun, bahkan hingga ia tak lagi berkuasa.
Daniel yang diharapkan bakal mewarisi bisnis minyak ayahnya memilih belajar menjadi seorang fotografer. Dia melihat banyak ketimpangan disana sini dari lensa kameranya hingga ia ingin mengabarkan pada dunia apa yang terjadi di Spanyol. Tapi apalah yang bisa dilakukan oleh pemuda sembilan belas tahun yang menjadi pendatang di kota kelahiran ibunya.
Perkenalannya dengan banyak orang Spanyol, atau pun orang Amerika yang sementara waktu tinggal di Spanyol, membuka peluang Daniel untuk mengambil foto dan merekam kejadian selama ia tinggal di Madrid. Ben, si jurnalis senior memberi angin segar pada bakat Daniel di bidang fotografi, Nick yang slengekan menjadi penghubung antara satu orang ke orang lain, Ana, gadis cantik pelayan hotel dimana Daniel menginap (dan melabuhkan cintanya) membuat Daniel penasaran tentang apa yang sebenarnya terjadi di Spanyol, dan Puri, sepupu Ana yang bekerja di panti asuhan. Ada sesuatu yang gelap pada panti asuhan ini, dan juga klinik dimana Puri bekerja. Pada siapa dia bisa mengadu ketika menemukan banyak hal yang janggal?
Selama membaca, saya sempat browsing tentang si pemimpin diktator yang memerintah selama 36 tahun. Karena pada awalnya saya kurang begitu mendalami kisahnya, jadi saya hanya berhenti pada sosok Franco saja. Setelah melalui halaman lebih dari seratus, saya menemukan ketegangan sekaligus kepiluan yang mendalam. Ada banyak catatan sejarah yang diambil dari potongan sura kabar atau jurnal dari orang-orang penting pada waktu itu mengenai pandangan mereka terhadap pemerintahan Franco. Jika banyak yang tidak setuju dengan pemerintahan diktator itu, tak banyak yang bisa dilakukan oleh negara-negara lain. Hingga ketika Franco meninggal, tak banyak juga negara-negara yang mengirimkan wakil untuk menunjukkan duka cita.
Rasisme di tahun itu terasa begitu kental, tidak hanya Hitler dan kroninya terhadap orang Yahudi, para Nasionalis di Spanyol juga menganggap warga yang di pihak Republikan adalah keturunan 'merah' yang harus dimurnikan para keturunannya dengan cara adopsi ilegal. Kematian yang 'dibuat-buat' mendapat restu dari para dokter dan perawat di klinik-klinik. Ironisnya, Franco adalah penganut Kristen yang taat, tapi memperlakukan warga penganut Protestan secara tidak adil. (Well, saya seorang Muslim, saya tidak tahu perbedaan signifikan antara keduanya kecuali mereka menyembah Jesus Christ). Kerja sama antara Spanyol dan Amerika dibuka lebar memungkinkan lapangan pekerjaan dan sumber keuangan yang sangat bagus, bagi mereka yang berada di pihak Nasionalis. Bagaimana dengan para warga Republikan? Banyak narapidana yang dipaksa bekerja untuk membangun Valley of The Fallen atau Valle de los Caidos, sebuah bangunan kebanggaan rakyat Spanyol yang dianggap sebagai simbol penebusan dosa dan perdamaian. tempat ini kelak menjadi tempat dikuburnya diktator yang memerintah Spanyol selama 36 tahun. (Bayangkan, selama 36 tahun dikungkung oleh orang yang sama. Indonesia dibawah partai yang sama selama 32 tahun saja hingga saat ini susah menghilangkan kebiasaan yang sudah mendarah daging yang pada masa itu sangat lazim dilakukan).
Novel ini mengambil sudut pandang dari Daniel, Julia, Rafa dan Puri. Tapi jangan harapkan mereka akan menjadi pahlawan menyelamatkan negara mereka yang terpuruk. Mereka bukan super hero yang mampu menumpas kejahatan. Saya hanya berharap novel ini berakhir melegakan meski tidak bahagia. Lho.... Tapi seperti yang kita tahu, masa jabatan diktator Franco akhirnya berakhir di tahun 1975 setelah pemimpin negara itu berjuang melawan penyakitnya. Bayangkan, jika ia diberi umur lebih panjang lagi, akan seperti apa ya.
0 Response to "The Fountains of Silence by Ruta Sepetys"
Post a Comment