Na Willa by Reda Gaudiamo
Illustrator: Cecilia Hidayat
Paperback 113 pages
Published by POST PRESS September 2022
Rating: 4,5/5
Beberapa waktu lalu, saya membeli novel Na Willa ini dengan judul Rumah dalam Gang, tanpa saya tahu urutan novel ini. Sebelumnya, saya berpikir, karya mbak Reda yang berjudul aku, Meps, dan Beps itu juga masih rangkaian dari Na Willa ini. Ternyata berbeda. Meski tokohnya mirip, dengan gaya bercerita yang juga mirip, tapi berbeda. Setelah tahu, baru deh saya membeli seri pertama dari rangkaian kisah gadis cilik bernama Na Willa ini.
Di buku ini, hampir sama dengan buku sebelumnya, kisah-kisah diceritakan dari kacamata Na Willa yang polos, jahil, sedikit nakal, tapi menyenangkan. Sembari membaca, saya juga bernostalgia dengan apa saja yang lakukan ketika saya masih kecil dulu.
Sebagai anak yang lahir di perkampungan, saya juga banyak mengalami kisah yang dialami Na Willa. Misalnya bermain layangan, meski cukup jarang karena sempitnya kampung dimana saya tinggal. Bermain ibu-ibuan (saya lebih sering menyebutnya sebagai 'omah-omahan), pasaran dengan daun-daun yang bisa dijadikan minyak, batu bata yang digerus untuk sambal dan lainnya. Ah, sweet memories indeed. Para keponakan saya yang sekarang duduk di bangku SD, ngga bakal menikmati masa seperti itu karena gadget adalah permainan seru saat ini.
Na Willa juga menyinggung tentang rasisme, sesuatu yang dulu saya kurang paham. Ada semacam stereotip yang dilekatkan pada mereka yang terlahir sebagai keturunan Cina, bahwa orang Cina itu pelit dan suka duit. Pak Na Willa ini adalah keturunan Cina yang masih cakap berkomunikasi dengan bahasa Belanda dan Mandarin. Tak heran, ada julukan tak enak melekat pada Na Willa sebagai anak Cina.
Gaya penuturan penulis untuk kisah rasisme ini sangat menarik dengan Mak yang memberi pelajaran pada Na Willa tentang ras. Saya sangat terharu di bagian ini karena jarang-jarang ada orangtua yang berani memberi penjelasan sekaligus hukuman untuk anaknya yang bersalah.
Saya kurang ingat dengan momen saya bersekolah pertama kali. Yang saya ingat dari cerita kakak saya, saya diantar oleh segerombolan tetangga menuju Taman Kanak-Kanak saya. Jika mengingat itu, rasanya cukup memalukan ya.... Hahahaha.... Guru sekolah pertama yang ditemui Na Willa mengingatkan saya pada Totto Chan yang ditolak di beberapa sekolah karena dia 'spesial', Membaca Na Willa dengan keberanian dan kepintarannya, tentu saja Na Willa termasuk anak spesial yang harus mendapatkan guru yang spesial juga.
Na Willa ini adalah jenis buku yang tak bisa berhenti ketika membacanya, dan kecewa ketika berada di halaman terakhir. Hmmm... Masih ada beberapa seri Na Willa lanjutan dari Rumah dalam Gang yang belum ada di tangan. Jadi, sampai ketemu lagi, Willa.
0 Response to "Na Willa by Reda Gaudiamo"
Post a Comment