-->

The Journeys 3 - yang Melangkah dan Menemukan by Windy Ariestanty, Valiant Budi, dkk


 Paperback 382 pages

Published 2013 by Gagas Media

Rating: 4/5

Entah berapa tahun saya menimbun buku ini. Kalo ngga salah, ini saya dapatkan di bazaar buku Gramedia. Karena saya sudah membaca buku The Journeys 1 dan The Journeys 2, maka rasanya kurang afdol kalo saya melewatkan buku yang sedang diskon 😁

Seperti biasa, buku ini merupakan kumpulan kisah perjalanan para penulis yang juga musisi, atau juga comic (peserta stand up comedy-- mantan). Beberapa memang langganan mengisi buku The Journeys, seperti Valiant Budi, Ve Handojo, JFlow, dan tentu saja penggagas sekaligus editor buku ini, Windy Ariestanty. Beberapa nama saya kenal dari sosmed Twitter atau sama sekali baru.

Ada 13 kisah perjalanan di buku ini, dengan gaya penulisan yang berbeda, dan tentu saja dengan daerah wisata yang berbeda pula. Sebenarnya tidak semuanya merupakan kisah perjalanan dengan cerita-cerita tentang daerah wisatanya. Seperti yang tertulis dalam Pragagas, yaitu Menziarahi Diri Sendiri, maka kisah-kisah disini cenderung menceritakan kedalaman hati para penulisnya.

Berumahkan Kebebasan - Husni M. Zainal

Kisah pembuka ini mungkin yang paling nekad dan ekstrem buat saya. Mengunjungi Zambia bagian selatan Afrika adalah sesuatu yang tak pernah terlintas dalam pikiran saya. Apalagi aktivitas yang dilakukan pun juga memicu adrenalin tinggi. Mulai dari arum jeram di Batoka Gorges, berenang di Devils Pool yang arusnya bisa mematikan para pengunjung saking kencangnya, hingga terbang melintasi victoria Fall.s Wow, benar-benar nekad. Perjalanan yang tidak dirancang secara khusus, namun berdasarkan apa yang dilihat dan saat itu ingin dilakukan memang bisa sangat seru. Tapi jika tidak siap, ya nyawa bisa jadi taruhannya. Hiy...

Don't You Miss Home, though? - Dina DuaRansel

Perjalanan nekad kedua saya persembahkan pada cerita kedua. Setelah melakukan perjalanan atau kunjungan entah kemana, umumnya seseorang ingin beristirahat di rumah yang nyaman dan aman. Tapi ini tidak berlaku bagi dina dan pasangannya yang memilih melakukan perjalanan dan 'tidak pulang'. Menjual semua yang ada dan layak dan menyisakan dua buah ransel, dina dan pasangannya melakukan perjalanan yang ia sendiri tak tahu kapan berakhir. Ketika pertanyaan itu muncul, apa ngga kangen pulang/ rumah? Jawabannya cukup sederhana, I'm already home.

Antara Singapura dan Rumah Mama - Alitt Susanto 

Mungkin saya pernah mengalami hal yang dialami oleh penulis ini, karena saking katroknya ketika masuk hotel yang lumayan modern. Memasukkan kunci yang berbentuk akrtu untuk membuka pintu dan m=enyalakan semua peralatan elektronik sekaligus lampu ruangan, pernah saya alami. 

Namun bukan itu inti dari kisah perjalana ini, melainkan kembali bertemu dengan keluarga setelah sekian mencari receh di tanah orang. Ketika mimpi seseorang sudah tercapai, rasanya enggan untuk mencari mimpi baru lagi. Melihat Mama-nya yang begitu giat bekerja, bahkan ketika semua anaknya sudah menemukan mimpi mereka, seakan menampar si penulis.

Juga saya... Duh!

Kisah Sushi Nomor Satu di Dunia - Ariev Rahman

PErjalanan napak tilas dari seseroang yang begitu disayangi, rasanya akan membawa haru tersendiri. Penulis berusaha mencari tempat-tempat yang dulu sempat dikunjungi ayahandanya ketika masih ada. Beberapa lembar yang ada, menjadi pentunjuk akan kemana kaki melangkah. Bagaimana rasanya ketika akhirnya berdiri di tempat yang sama dengan sang ayah, ketika beliau tak ada lagi di sisi? Aduduh.... 

Timur Nusantara: Perjalanan Pulang ke Rumah - Lucy Nancy

Dulu saya pernah membayangkan menjadi jurnalis yang bakal membuat saya bertemu banyak orang dan pergi ke banyak teman. Sayangnya, saya ini jenis orang intorvert yang takut pergi ke tempat baru (yang biasanya nyasar dulu) dan gagap ketika harus memulai percakapan dengan orang baru. (bagaimana bisa saya pengen jadi jurnalis ya hahaha..) Tapi ternyata tidak hanya jurnalis yang bisa membuat seseorang bertemu orang-orang baru dan pergi ke tempat-tempat baru. Penulis adalah seorang trainer yang membuatnya harus melakukan perjalanan, seorang diri. Bertemu dengan orang lokal, berbicara dan melakukan aktivitas bersama mereka menjadi kita mengenal diri sendiri. Duh, jadi pengeeennn muda lagiii :D

Adakah Cinta di India? - Alfred Pasifico

Namanya unik ya, kayaknya dia bakal menjelajah Pasifik sesuai namanya :D

Pertanyaan ini ditujukan pada mereka yang menikah tanpa cinta, hanya melalui perjodohan yang sangat lazim di India, dan cukup lazim di beberapa negara Asia lainnya. Kalimat Jawa yang sangat populer, yaitu "Witing tresno jalaran saka kulino" alias cinta akan tumbuh seiring dengan waktu, masih bisa diperdebatkan. Ada yang setuju, dan ada pula yang tidak. Pasangan yang memulai rumah tangga dengan cinta saja bisa berakhir pahit, tapi ada juga yang memulai tanpa cinta, bisa berakhir manis. 

Valiant ke Vatikan - Valiant Budi

Saya pernah membaca bukunya yang sangat popluer beberapa tahun lalu, Kedai 1001 Mimpi. Tapi entah saya kurang cocok ya. Padahal saya sangat suka ketika penulis menceritakan pengalaman sepenggal ceritanya di buku the Journeys ini. Gaya berceritanya yang kocak, kadang ngga nyambung membuat saya mencari tulisannya yang lain.

Berkunjung ke sebuah makam yang megah, seperti Basilika sama sekali tidaka da rasa seram, yang ada justru speechless. Tak usah memandang agama apa, mengagumi mahakarya yang diciptakan demi sebuah pengabdian bukan untuk ketenaran adalah sebuah perjalanan spiritual tersendiri.

Pulang ke Pelukan Mama - Alexander Thian

Siapa yang bisa mengalahkan saya dalam hal nyasar? Kayaknya kudu ada pembanding deh. Saya pernah kesasar di sebuah mall di Semarang yang ngga begitu besar. Mencari alamat juga menjadi masalah besar buat saya, meski mengandalkan Maps tetap saja saya nyasar. Alexander Thian, you're not alone. Dengan demikian, saya lebih menyadari kemampuan saya sendiri, dan lebih berdamai. Tsaaahhhh hahaha...

Kunjungan penulis ke Hongkong adalah demi bertemu dengan mamanya tercinta. Kejutan yang disiapkan harus ia tahan hingga ia menemukan jalan yang benar 😁

Mari Mabuk di dalam Laut - Farid Gaban 

Saya baru tahu jika Mari Mabuk adalah satu titik selam di Wakatobi. Melihat keindahan, saya yakin banyak orang yang bakal mabuk untuk mencicipinya lagi dan lagi, karena saking memabukkannya.  

Membaca pengalaman penulis disini berasa diajak reuni dengan beberapa buku, atau teori yang disebutkan. Ada judul cerita bersambung yang dulu pernah saya ikuti tapi entah dengan ending nya, Deni Manusia Ikan, Moby Dick (belum sempat membaca), film tahun 1975 The Jaws (belum nonton, tapi familiar dengan judulnya), film tentang ikan badut, Finding Nemo, dan penulis, pengamat laut (oceanographer), pembuat film dari Perancis Jacques Cousteau. Teorinya tersebar di tulisan ini. 🙂

Berhenti Sejenak- Hanny Kusumawati 

Dari sekian pengalaman, saya paling suka dengan kisah pengalaman ini. Sebagai orang internet, saya juga lebih banyak menghindari berinteraksi dengan orang baru. Tapi ketika saya bisa memulai percakapan dengan baru,  di tempat asing, saya bisa mengatakan itu adalah pencapaian baru.  Sepele ya, tapi cukup istimewa buat saya. 

Berkunjung ke Yunani barangkali impian banyak orang. Saya? Hmmm... Melihat kecantikan nya, kalo ada tiket dan akomodasi gratis, mau sih hahaha.... Berhenti Sejenak untuk membalas sapaan barangkali adalah hal sederhana, tapi tentu bagi beberapa orang ini dibutuhkan energi tertentu. Berhenti, dan membuat percakapan ringan tidaklah buruk untuk dilakukan. Informasi yang tak t rtulis di buku panduan wisata bisa saja didapatkan dari penduduk lokal. Dan itu bisa didapatkan dengan membalas sapaan warga lokal. 

Slow Traveling in Sydney - Ve Handojo 

Mengikuti jadwal tour sebuah agen seringkali melelahkan dan kadang si turis justru tidak bisa terlalu menikmati perjalanan. Slow traveling lebih cocok dilakukan sendirian atau berdua saja. 

Seperti kisah sebelumnya, ngobrol dengan warga lokal, baik dari supir taksi, penjaga rumah makan/ restoran,  informasi berharga bisa didapatkan. Tak perlu pergi ke tempat-tempat rekomendasi buku-buku wisata, tapi pengalaman perjalanan itu tetap bisa dinikmati dengan slow traveling. Hmmm... asik juga ya.

Kembali ke Akar - JFlow

Orangtua saya memiliki darah Gorontalo totok, sementara saya lagir, tumbuh besar dan menua di Semarang. Sekilas orang melihat wajah saya, sekilas akan muncul dugaan bahwa saya bukan orang Jawa, tapi ketika saya mulai bicara, logat Semarang/ Jawa yang sangat kental akan membubarkan dugaan orang tentang saya yang non Jawa. Ternyata JFlow, seseorang berdarah MAluku, dengan ibu yang lahir di Jawa, memiliki isu yang kurang lebih sama. Atau ngga sama ya? Eh? 

Ada keluarga yang mendekat ketika kita sedang di posisi atas/ makmur, tapi ada juga yang menjauh. Tapi tak sedikit yang tak memandang status. Ketika kita dihubungkan dengan kata 'keluarga' mereka akan tetap menganggap kita keluarga. Seberapa jauh jarak, seberapa jarang bertemu, ketika itu adalah keluarga, atau 'berbau' keluarga, kedekatan itu akan tercipta. 

Menerjemahkan Bahagia - Windy Ariestanty

Bahagia itu yang seperti apa ya? apakah ketika kita tidak memikirkan masalah berat, tak ada beban di masa kini, dan masa depan terjamin, kita akan otomatis merasa bahagia? Kebahagiaan rupanya tak bisa diukur dengan kita berada dimana. 

Berada di Ubud, di pulau yang disebut sebagai pulau dewata, bagi beberapa orang akan nampak membahagiakan. Teman-teman penulis ini sering menanyakan, atau mengasumsikan bahwa si penulis ini pasti bahagia karena berada di Ubud. Padahal sekedar menikmati udara pagi, berjalan menikmati pemandangan yang adem, (bagi saya pribadi) itu sudah merupakan kebahagiaan. Tak peduli dimana. Ketika saya mempunyai banyak waktu untuk berjalan pagi, menghirup uadara segar, bau wangi tanah basah dan bunga-bunga mekar, atau bahkan sabun mandi anak-anak di rumah-rumah di perkampungan sepit, itupun sudah membuat hati saya nyaman. KArena saya tahu, tak semua orang memiliki keberuntungan seperti ini.

Well, saya cukup puas dengan The Jouneys 3 ini, meski tidak semua saya suka gaya berceritanya. Ada yang garing joke-nya, ada yang seperti membaca wikipedia, tapi sedikit yang benar-benar mengajak jalan-jalan meski hanya dari kisah perjalanan mereka.

0 Response to "The Journeys 3 - yang Melangkah dan Menemukan by Windy Ariestanty, Valiant Budi, dkk"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel