Psychic Yakumo: The Tower of Judgment by Manabu Kaminaga
Paperback 304 pages
Published 2020 by m&c PT Gramedia
Alih bahasa: Yenny Thiemailattu
Rating 5/5
Sekian lama saya menimbun novel ini, pada saya suka banget sama sosok Yakumo. Mungkin karena unsur seremnya agak kurang, jadi kayak ditunda mulu bacanya. Tapi yang ini, waaahhh... puas rasanyaaaa...
Kasus ini tentu masih seputar fenomena gaib. Haruka, teman Yakumo, datang padanya membawa seorang teman, bernama Kanae, yang mengatakan temannya kesurupan setelah mendatangi menara jam di kampus mereka. Hah?! Bagaimana bentuk kesurupannya ya? Dan apa benar menara jam itu bisa mempertemukan orang hidup dengan orang mati dengan memandang sebuah kaca tua di jam tertentu?
Tidak disangka, setelah mendatangi Yakumo dengan kisah kesurupan, tiba-tiba Kanae terbunuh dengan dugaan pembunuhnya adalah Haruka, teman dekat Yakumo sendiri! Dari sini saya jadi kepo bagaimana perasaan Yakumo ketika ia tahu bahwa Haruka menjadi tersangka. Perasaan para polisi yang biasa membantu dan dibantu Yakumo, Gotou dan Ishii, jelas. Mereka terpukul dengan adanya laporan bahwa Haruka yang membunuh Kanae. Bagaimana dengan Yakumo?
Meski agak ditutup-tutupi, Yakumo ternyata shocked jugaaa...
Fenomena gaib berkembang menjadi pembunuhan. Kasus ini ternyata merembet ke kejadian bunuh diri 3 tahun lalu, yang melibatkan orang-orang terdekat Kanae, dan beberapa siswa di Universitas Meisei, terutama di klub sastra.
Ada sebuah novel horor berjudul Hantu Menara Jam yang ditulis oleh salah satu anggota klub sastra, yaitu Sakurai. Ada juga anggota yang lain, yang diduga kesurupan, yaitu Nishizawa. Si penasehat klub sastra, Onda sensei, juga masuk dalam lingkaran kasus ini.
Jadi bagaimana Yakumo memecahkan kasus ini, sekaligus membebaskan Haruka dari tuduhan? Mata kiri Yakumo yang merah membantunya ‘berbincang’ dengan roh-roh yang sudah mati.
Plot twists nya banyaaakkk... Duh... Sukaaaa...
Saya agak lupa dengan kasus Yakumo sebelum-sebelumnya yang sudah pernah saya baca. Bagaimana ia mengandalkan mata merahnya untuk berbicara dengan para roh tersebut. Tapi kali ini, ‘perbincangan’ itu terasa jelas, meski tidak eksplisit. Barangkali versi anime-nya lebih terlihat ya. Hmmm.... Saya malah membayangkan jika novel/ manga-nya dijadikan live action, kira-kira siapa yang cocok ya? Dah lah, daripada merusak bayangan saya tentang sosok Yakumo yang cool dan tsundere ini, mending dia nyata di imajinasi saya aja. Illustrator Yakumo berganti aja, saya agak kurang suka dengan illustrasi Yakumo yang lebih baru.
0 Response to " Psychic Yakumo: The Tower of Judgment by Manabu Kaminaga"
Post a Comment