-->

Jangan Sisakan Nasi dalam Piring by Kembangmanggis


 Baca di Ipusnas 230 pages

Published Desember 3, 2018 by Gramedia Pustaka Utama

Rating 5/5

Membaca sketsa-sketsa kembangmanggis ini berasa nonton anime slice of life yang adem. Dari setiap sketsa yang dikisahkan rasanya setiap orang mengalami, hanya tak semua orang bisa menggambarkan kata-katanya dalam sebuah tulisan. Dan tak semua orang juga bisa mengamabil hikmah dari satu peristiwa.

Ini adalah sketsa-sketsa yang ketiga yang saya baca dari Kembangmanggis. Setelah Anak-anak tukang, Gatal Menawar dan Jangan Sisakan Nasi dalam Piring. Sebelumnya saya mencoba membaca Secangkir Kopi Panas di aplikasi ipusnas, tapi sepertinya sketsa-sketsa di sana agak lebih berat dibandingkan 3 buku sebelumnya. 

Sketsa di seri ketiga ini banyak mengambil setting di Ubud, Bali. Sepertinya ini adalah rumah kedua bagi penulis. Dengan mendirikan studio, bahkan dua studio yang disebut sebagai studio kembar, si penulis dan dua anaknya sangat menikmati hari-hari mereka di Ubud. Dari jajanannya, para penjualnya, jalan-jalan yang mereka lewati bersama, para tetangga yang baik hati, hingga para hewan yang datang mampir ke studio penulis.

Kisah tentang Ikoh, atau Chiro, si anjing gila yang suka menggigit kaki para pesepeda motor, entah bagaimana, terasa agak absurd buat saya. Anjing jalanan yang kutuan, membuat keluarga kecil ini jatuh cinta. Dan cinta mereka ini terbalas oleh tingkah Ikoh yang jinak terhadap mereka, tetap galak pada orang lain.

Kisah tentang Pak Eddie yang terobsesi dengan rancangan studio si penulis, juga membuat saya penasaran. Apakah akhirnya studio itu berhasil dibangun dengan dana cekak? Apakah studio itu akan secantik bayangan si pembuat rancangan? Belum lagi obsesi Pak Eddie mewujudkan gambaran studio yang selalu dibawa kemana-mana. 

 Kisah tentang Pak Jumu, petani yang sekarang sudah bisa memperkerjakan orang menggarap sawahnya. Dialog antara Pak Jumu dengan si penulis selalu serasa terdengar di telinga. Bisa, buuuuu. Tidak, buuuuu... Janji beternak bebek yang diucapkan pada kakak si penulis, dia berusaha wujudkan meski uang yang diberikan sudah diikhlaskan untuk upacara kegamaan di kampungnya. Sosok pak Jumu bisa saja kita temui di tetangga kanan kiri kita. 

Secara keseluruhan, saya sangaaat menikmati sketsa-sketsa disini. Sketsa yang berjudul Jangan sasakan nasi dalam piring itu, harusnya dibaca lebih banyak orang. Banyak orang yang tidak bisa menghargai makanan dalam piring. Dengan melihat kerja keras para pemanen padi, dan bagaimana orang-orang yang bekerja demi sesuap nasi rasanya membuat hati trenyuh.

Semoga saya membaca sketsa lainnya.

0 Response to "Jangan Sisakan Nasi dalam Piring by Kembangmanggis"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel