Girl Meets Boy by Winna Efendi
Baca di Ipusnas 403 pages
Published September 1, 2015 by Gagas media
Rating: 3,5/5
Akhirnya saya bisa pinjam buku di ipusnas! Setelah berminggu-minggu gagal unduh, bahkan keluar sendiri dari aplikasi, akhirnya instal ulang, dan satu buku kelar. Ohya, pecah telur juga reading slump yang semakin menjadi-jadi selama berminggu-minggu ini. Bukan berarti ngga baca apa-apa sih, tapi satu buku, butuh niat kuat untuk menyelesaikan. Huft!
Ava Tirtadirga masuk ke sekolah Alistair setelah Rea, sang kakak meninggal karena kecelakaan. Kenangan terhadap sang kakak begitu kuat hingga mempengaruhi kepribadiannya. Rea yang ceria, cantik, berbakat dan seabrek pujian untuknya sangat membebani Ava. Jurusan yang diambil Ava kebetulan sama, yaitu Vocal. Sekolah musik yang sudah mencetak banyak seniman menjadi kawah candradimuka bagi Ava.
Di sekolah, Ava bertemu dengan Fido, seorang anak band yang dengan senang hati mengajaknya bergabung bersama Arabel, si penggebuk drum sekaligus teman sekamar Ava, dan Sugeng, sang gitaris. Meski kurang yakin, Ava mengiyakan ajakan itu. Selain teman-teman band, Ava juga bertemu dengan Kai Alistair, cucu pendiri sekolah bergengsi itu. Kai dikenal sebagai pemuda playboy genius dalam bermusik yang sangat enteng berganti cewek setiap minggu.
Setelah Rea meninggal, Ava sempat menemukan dua barang berharga milik kakaknya; buku harian dan kotak musik dengan inisial KA. Dari buku harian itu, Ava tahu, ada hubungan antara Kai dan kakaknya.
Pada awalnya, saya mengira ini novel bakal sedikit berbau detektif: Rea meninggal kecelakaan karena mabuk (apakah ada seseorang atau beberapa pihak yang membuatnya mabuk, hingga merenggut nyawanya?). Ava masuk ke sekolah Alistair demi mencari siapa gerangan yang telah 'membunuh' kakaknya.
Ternyata saya salah 😁
Ini adalah kisah yang penuh perjuangan dari Ava, dan keluarganya serta Kai dalam menjalani hari-hari tanpa kehadiran orang yang disayangi. Di tiap percakapan dengan orangtuanya, Ava merasa ada yang tertinggal. Di setiap pertemuannya dengan Kai ada topik tentang Rea. Di setiap pandangan orang-orang yang pernah mengenal Rea, ada keinginan Rea hidup di diri Ava, begitu juga dengan para guru. Tapi Ava bukan Rea.
Selama membaca, ada momen dimana saya mulai agak bosan dengan perasaan Ava yang merasa begitu tak berdaya dengan harapan orang-orang di sekelilingnya. 400 an halaman rasanya agak terlalu panjang untuk menemukan kepasrahan atas kepergian seseorang. Selama dua tahun berturut-turut saya kehilangan ibu dan kakak laki-laki saya. Sedih, tentu. Ada kalanya saya lupa bahwa mereka sudah tiada. Ketika ada sesuatu yang butuh ditanyakan, saya berpikir bisa bertanya pada mereka berdua, atau Sabtu pagi adalah ritual kakak saya menelpon, hingga reality hits! Hidup harus terus berjalan.
Untuk bacaan ringan yang hangat buku ini cukup menyenangkan. Diksi dan kalimat bermakna dari si penulis bisa dijadikan quote. Winna Efendi tak pernah gagal mengaduk-aduk perasaan pembacanya.
Baca juga review buku Winna Efendi lainnya di sini ya 🐱🐱🐱

0 Response to "Girl Meets Boy by Winna Efendi "
Post a Comment