Kios Pasar Sore oleh Reda Gaudiamo
Paperback 126 pages
Published October 2025 by Shira Media
Rating: 4,5/5
Beberapa waktu lalu, saya menemukan threads yang berisi tentang seseorang yang dengan gembira mendengar gosip dari seorang tukang rosok. Kita tahu bahwa si tukang ini pasti mendengar banyak cerita dari kompleks perumahan satu ke lainnya. Seperti judulnya kios pasar sore, saya pikir novel ini diambil dari sudut pandang penjual kios yang mendengar cerita-cerita dari para pelanggan. Tapi ternyata ini adalah semacam kumpulan cerita yang bisa kita dengar atau baca di keseharian kita, bukan dari satu sumber saja.
Ada 30 cerita dalam kumpulan cerita ini. Tidak ada benang merah antara satu cerita dengan cerita lainnya. Tapi karena saya baru selesai membaca novel Na Willa yang ketiga, maka saya pikir sudut pandang si penulis sedikit mirip dengan sudut pandang Na Willa versi dewasa. Mungkin karena saya cukup mengenal si penulis yang sering menggunakan kata pengganti Bapak dan Ibu dengan Pak dan Mak, seperti cara Na Willa memanggil orangtuanya. Beberapa karakter juga berasal dari Sumba, tempat asal Mak-nya Willa. Selain itu, nuansa tempo dulu cukup terasa meski saya tidak tinggal di kota dimana setting cerita-cerita di sini diambil.
Meski awalnya saya pikir cerita ini terjadi di kios pasar, tapi ternyata cerita-cerita di dalamnya seperti kita sedang membeli sesuatu di kios, dan mendengar cerita dari pelanggan satu ke pelanggan lainnya. Tentang si Akim yang punya anak 3 tapi istri meninggal, Om Ruben yang romantis, tentang Priyono yang jika nongkrong di rumah teman tak kenal waktu, tentang Taruni yang kawin 10 kali, tentang anak pemungut sampah yang dulunya kaya raya, dan tentang si calon penerbang. Dari sekian cerita itu, ada beberapa memiliki akhir menggantung, ada pula yang membahagiakan dan tak lengkap jika tidak ada cerita yang ditutup dengan kesedihan.
Ada satu cerita yang terdengar agak absurd meski bisa saja ini benar terjadi. Seorang istri ingin meninggalkan suaminya karena si suami ngga mau bilang cinta dalam bahasa India hahahaha.... Ada lagi satu cerita yang ngga kalah aneh meski ngga aneh banget ding. Seseorang ingin memberi nama anaknya Deritawati, karena si bayi lahir ketika keluarga tersebut sedang mengalami hari-hari naas. Tapi kemudian saya ingat, saya pernah punya teman bernama Kasihan, dengan panggilan Ian. Keren juga nama panggilannya hahaha... Ada satu lagi, teman SMP saya bernama Asih Prihatini. Apakah saat teman saya lahir, keluarganya sedang masa prihatin? Entahlah. Yang jelas, nama biasanya adalah doa dan harapan orangtua untuk anaknya. Ya kan?
Buku ini saya pesan secara pre-order. Dalam jangka PO tersebut, pembaca mendapatkan beberapa bonus berupa stiker dan pembatas buku dengan ucapan terima kasih dari si penulis. Yang membuat saya agak syok adalah stiker itu bergambar kucing, dan di setiap judul, diakhiri dengan gambar kucing hitam yang sedang beraksi. Bukan saya tidak menyukai kucing. Tapi karena saya baru saja menyelesaikan novel Kita Pergi Hari Ini-nya Ziggy yang memasang kucing sebagai sosok protagonis-antagonis, saya jadi agak ilfil dengan kucing hahaha... Tapi saya sangat terhibur dengan cerita-cerita slice of life di dalamnya.
Cerita di kumpulan cerita ini cenderung pendek, hanya terdiri beberapa lembar atau bahkan hanya 2 lembar. Tapi dari satu cerita, ketika selesai, kadang butuh waktu sesaat untuk menghela nafas. Karena ceritanya sedih? Bisa. Karena plot twist? Bisa banget! Karena endingnya memberi efek senyum? Bisa banget juga.
Recommended untuk dibaca ulang satu hari nanti

0 Response to "Kios Pasar Sore oleh Reda Gaudiamo"
Post a Comment