Boneka Sandya by Eve Shi
Ebook Gramedia Digital 218 pages
Published October 2019 by Elex Media Komputindo
Rating 4/5
Entah mengapa, ada semacam magnet buat saya ketika membaca
ulasan singkat seorang teman di newsletter Goodreads. Padahal teman saya itu
hanya nulis “thrilling-nya dapet benerrr.”. Saya buru-buru buka aplikasi
Gramedia Digital dan mengunduhnya. And here I am, scared to death! 😞😞😁
Sandya, atau Aris, tak pernah mengira ia akan menjadi
sebatangkara setelah sang ayah tewas dibunuh preman. Dan ia juga tak menyangka,
ia bakal menjadi pembunuh di usianya yang belia; membunuh sang preman sebelum ia
mati terbunuh. Sejak saat itu, ia diadopsi seseorang yang memintanya memanggil
Mama. Sang Mama adalah pendatang di desa di mana Sandya tinggal. Ia dikenal
sebagai pemilik toko boneka. Boneka-boneka itu sebagian adalah hasil karya
tangan sang Mama, sebagian lagi, entahlah.
Di malam Sandya membunuh sang preman, ia secara tidak
langsung menyaksikan keanehan, atau bisa dikatakan sebagai keistimewaan boneka
yang dibawa sang Mama. Boneka itulah yang menyelamatkan Sandya dari penjara
anak-anak, dan menyelamatkannya di tahun-tahun mendatang. Dan ternyata, di rumah Mama, Sandya hidup bersama puluhan, atau
mungkin ratusan boneka dengan fungsi yang berbeda-beda sesuai pesanan klien
sang Mama.
Tak jarang, Sandya terbangun di malam hari karena mendengar
suara ketuk-ketuk di pintu kamar, atau tertawa boneka dari dalam peti yang
digembok. Dari awalnya merasa ketakutan, Sandya semakin lama dengan mudah beradaptasi.
Selain para boneka yang menyimpan kekutan dan misteri, Sandya merasa bahwa sang
Mama juga sama misteriusnya dengan para boneka tersebut. Sesekali Sandya
menyaksikan perubahan dalam diri Mama yang tiba-tiba menjelma menjadi seperti
boneka, seputih porselen dengan rambut merah atau pirang bagai boneka. Ia sadar,
jika kelak, ia akan menjadi seperti para boneka sang Mama.
Saya belum pernah membaca karya Eve Shi sebelumnya. Yang saya
tahu, penulis ini termasuk penulis genre horror. Di beberapa novel horror yang saya
baca sebelumnya, ada banyak reaksi yang saya rasakan. Seperti ketika saya
membaca Journal of Terror karya Sweta Kartika waktu itu, saya seringkali
melompati bagian pergantian bab karena disitu selalu terpampang ilustrasi indah
namun menyeramkan. Di Boneka Sandya ini, hawa seram itu sering muncul ketika
saya membaca di sore jelang malam hari. Sebenarnya ketika membaca di siang
hari, suasana ramai, rasa seramnya sangat berkurang. Entahlah. Saya sendiri
yang memiliki bayang-bayang boneka bakal jalan-jalan menyapa saya ketika jelang
tidur atau ketika ke kamar mandi. Hiiiyy…
Horror berbalut thriller sudah biasa buat saya, untuk bacaan
sih. Kalo untuk film, saya memilih tidak hehehe… Saya paling ngga tahan dengan
darah nyiprat atau tergenang dimana-mana. Untuk buku ini, horror dan
thriller-nya dapet banget, seperti kata teman saya. Ketika saya menceritakan
ulang pada keponakan saya (di sore hari), saya merasa bulu kuduk meremang.
Membaca novel horror dengan tema boneka, boneka yang memakan
jiwa-jiwa manusia demi mendapatkan kekuatan, mau ngga mau akan mengingatkan
saya pada serial jadul Friday the 13th. Saya lupa bagaimana detilnya,
tapi yang jelas semua barang yang disimpan di gudang bawah tanah toko yang
dijaga oleh Micki dan Ryan memiliki kutukan yang membahayakan banyak orang
namun menguntungkan segelintir orang. Dari sekian banyak barang itu, boneka
adalah salah satunya.
Ada beberapa hal yang masih menjadi pertanyaan saya seusai
membaca novel ini, bagaimana asal usul sang Mama, bagaimana ia bertahan selama
bertahun-tahun tanpa menua, perjanjian macam apa yang ia miliki ia hingga ia
bertahan menjadi pembuat dan penjaga boneka? Keuntungan macam apa yang ia dapat
ketika setuju membuat sebuah boneka yang nantinya merenggut nyawa musuh sang
klien? Sekedar uang, nampaknya terlalu kecil untuknya. Ah, jika saja buku ini
memiliki sekuel, saya tak keberatan melanjutkan petualangan sang Mama yang
mencari boneka-boneka lainnya yang tersebar entah dimana.
Terakhir, ada satu film pendek yang langsung terlintas dalam
benak saya ketika membaca synopsis novel ini, sekaligus secara tak sengaja
membaca spoiler review di rak seorang teman. Semoga masih tersedia di Youtube, berjudul Alma.
0 Response to "Boneka Sandya by Eve Shi"
Post a Comment