#21 Lupus: Interview with the Nyamuk by Hilman Hariwijaya
Ebook , djvu format
First published 1995
Rating 3/5
Apa yang kau ingat tentang Lupus
selain permen karet dan rambut jambulnya? Kalo saya, saya ingat anak SMA tengil
ini fans berat Duran Duran, grup new wave era lapanpuluhan, dan fans berat John
Taylor, bassist grup ini. Saya ingat karena saya dulu juga fans berat grup ini
dan mengoleksi poster close up nya John Taylor hahaha....
Novel ini dibuka dengan judul
Interview with Duran Duran. Hah? Beneran? Eh, ternyata bener lo. Ceritanya
Lupus diminta redaksi Hai untuk terbang ke Hongkong untuk wawancara dengan Duran
Duran yang akan manggung disana.
Persiapan ke Hongkong ini yang
menjadi bumbu yang harusnya lucu, seperti uang membeli tiket yang harus pinjam
kantor, hingga Lupus harus kerja sampingan di bengkel kakaknya Boim yang
ternyata ada malingnya, hingga groginya Lupus sebelum wawancara dengan Nick
Rhodes. Sayangnya, saya sudah ngga menganggap banyolan Lupus ini lucu. :(
Kisah kedua berjudul Interview with
the Nyamuk. Dengan ilustrasi mirip drakula, saya berpikir, apakah kisahnya akan
sedikit horor? Ternyata....
Lupus sedang senang ber-geng ria
dengan Bule (pacar Lulu-adek Lupus) dan teman Lulu lainnya (kemana Boim, Gusur,
dll ya?). Satu hari, ada sebuah taruhan dari pertandingan basket antar SMA yang
digelar di radio Ga Ga (radionya Olga yang juga punya serinya sendiri) dengan
hadiah 1 juta rupiah. Wah, tahun segitu, uang sejuta bisa buat beli apa aja
ya... Nah, ceritanya Lupus pura-pura kalah taruhan, karena terbujuk oleh Bule,
hingga ia gagal mendapatkan uang sejuta itu. Dia frustasi hingga membuat Bule
merasa bersalah. Nah, mulailah akal tengil Lupus untuk mengerjai Bule dengan
meminta ini itu untuk menebus rasa bersalahnya (bukannya itu salah Lupus
sendiri yang mengganti nama jagoan top scorer-nya. Kenapa jadi nyalahin Bule
ya? Well, kisah humor ini...). Ternyata, si nyamuk itu tidak lain adalah Lupus
sendiri yang menyedot uang Bule #sigh
Kisah ini cukup bikin saya tersenyum
di bagian mami Lupus yang heboh dengan cancel-nya pesanan katering hingga ia
mengomel dengan gaya telenovela Meksiko.
"Tidak bisa seperti itu.
Tidak bisa seperti itu. Tidak bisa seperti itu!" #diulang tiga kali bo...
"Penipuan itu namanya.
Penipuan itu namanya. Penipuan. Penipuan". #eh, berapa kali penipuan? Jadi
inget, tampar aku, mas. Tampar... Tampar.... :D
Kisah-kisah selanjutnya mulai
memasang Boim dan Gusur yang di dua cerita yang pertama tak muncul. Saya
tadinya lupa bagaimana si Boim yang selalu mengaku sebagai Playboy cap duren
tiga, yang cinta mati dengan Nyit-nyit, dan Gusur dengan bahasa puisinya yang
maksa dengan memanggil dirinya Daku. Tiba-tiba saya jadi ingat dengan Mandra di
Si Doel Anak Betawi, karena bahasa Betawi Boim, emaknya Boim serta engkongnya
Gusur. Tipikal keduanya tak jauh beda dengan Mandra yang muncul di era 90an:
pede tingkat tinggi, tapi sayangnya norak. Well, sorry to say, banyolan Hilman
disini tidak membuat saya ketawa tapi miris. Gimana tidak? Kisah akan
berangkatnya Gusur dan Boim ke Amerika atas ajakan Lupus, terasa lebay dan
mengada-ada. Apa begitu ya tipikal orang Betawi totok, kecuali si Doel? Apa saya
berlebihan kalo Hilman is being racist here, terhadap orang-orang Betawi? Belum
lagi kalimat, "Boim itu tukang ngerjain orang. Dia itu Yahudi
banget. Jadi ini adalah pembalasan yang setimpal. (hal. 140). Beberapa kali
saya membaca buku dengan latar belakang Yahudi, benarkah gambaran Hilman
tentang Yahudi yang Boim banget? (tukang ngerjain) #duh kok jadi serius gini
review buku humor? :D
Meski agak gondok dengan joke-joke
garing diatas, saya masih senyum-senyum kok membaca tebakan Boim pada
teman-temannya. Negara apa yang ibukotanya lima? Peru? Bukaannn. Jawabannya
Indonesia. Jakarta Barat, Tengah, Timur, Selatan, dan Utara hahaha... Negara dengan ibukota
seratus? Indonesia juga. Jakarta-Semarang, Jakarta-Magelang, Jakarta-Wonosari,
dst. Wakakaka.... Belum lagi beberapa hal yang terasa sangat lapanpuluhan dan
sembilanpuluhan banget. Mulai dari Duran-Duran, teriakan Aduh, Emen, eh,
Engkong (dulu ada lagu berjudul Oh, Emen! lupa siapa yang nyanyi), jaman masih
berjayanya kaset dan walkman, hingga judul buku ini yang bikin saya inget judul
film yang dimainkan Tom Cruise, Interview with The Vampire :D. Ada juga yang
sampai sekarang masih langgeng, masih banyak yang membahas, apalagi kalo bukan
buku favoritnya Lupus, Sherlock Holmes (inget para fangirling-nya si Timun
Inggris, wkwkwk, minuman soda C*ca-c*la, dan apa lagi ya, lupa :D
Overall, membaca ulang Lupus ini
serasa reminiscing banyak hal di masa lalu yang terlupa. Satu hal yang tidak
berubah dari joke jaman 80an-90an dan sekarang adalah sama-sama menggunakan
verbal joke yang mengarah pada fisik, dan slapstick. Saya bukan penonton OVJ,
tapi pernah melihat sekilas, more or less, ya begitulah. Akan terasa berbeda
jika membandingkan joke di buku ini dengan standup comedy yang saat ini sedang
marak. Tapi jangan salah, dulu saya juga terpingkal-pingkal mendengar
celotehnya Bagito Group yang boleh saya bilang miriplah dengan joke standup
comedy yang hanya mengandalkan omongan.
Kata om Wikipedia "humor is the tendency of particular cognitive
experiences to provoke laughter and provide amusement. Nah, mau joke yang
model bagaimana, silahkan memilih sesuai selera :D
Posting ini saya sertakan dalam Posting Bareng BBI Mei 2014 dengan tema humor
Aku baca lupus dulu waktu SD, pinjemnya di rentalan buku XD. Kayaknya hampir baca semua buku lupus waktu itu. Gini ini yang bikin ketauan umurnya ya, hehehe
ReplyDeletehahahaha emang lawakan hilman yang dulu kerasa lucu sekarang jadi garing dan ketinggalan jaman ya li.. tapi bolehlah untuk mengenang 80-90an :D kalo aku lebih suka lupus yang awal2, kayak ayam2 arisan atau makhluk manis dalam bis hihihi
ReplyDelete