Rumah Kopi Singa Tertawa by Yusi Avianto Pareanom
Paperback 206 pages
Published by Penerbit Banana, September 19, 2017
Rating 4/5
Semenjak saya membaca Muslihat Musang Emas, saya sudah
menetapkan bahwa saya penggemar buku-buku penulis yang sering dipanggil Paman
Yusi ini. Pernah sekali bertemu ketika beliau mengadakan kelas menulis memilih
karakter di acara patjarbuku di Kota Lama Semarang. Saya belum pernah mengikuti
kelas menulis sebelumnya, jadi maklum saja kalo saya terkagum-kagum dengan gaya
Paman Yusi ini memilih karakter, dari mulai nama, sifat, baik positif atau
negatif, hingga pembangunan karakter itu sendiri. Melihat deretan karirnya,
saya maklum jika itu semua beliau dapatkan dari sekian pengalaman yang panjang.
Seperti yang pernah saya rasakan ketika membaca Rahasia Musang Emas, saya juga menikmati banyak cerpen disini, meski banyak cerpen
memiliki akhir yang pahit. Hmmm, kita tau sih ya, jika tidak semua hal harus
berakhir bahagia. Tapi, hampir semua cerpen disini memiliki kedekatan kisah sehari
hari. Ngga semua sih, karena dua diantaranya diambil dari petikan kisah di
novelnya yang menggondol penghargaan Kusala Sastra for Khatulistiwa untuk prosa
tahun 2016, Raden Mandasia si Pencuri Daging.
Baiklah, saya cuplik dikit-dikit ya untuk cerpen yang ada di
kumpulan ini.
Cara-cara Mati yang
Kurang Aduhai
Membaca judulnya saja sudah kebayang ini cerita tentang apa.
Sebenarnya, cara mati yang aduhai itu yang seperti apa coba? Di rumah sakit,
atau ketika di rumah dan sedang beribadah? Tak ada orang yang bisa meramalkan bagaimana ia bakal mati. Orang-orang besar, seperti
John Lennon, John F. Kennedy atau Elvis Presley, tak pernah tahu bagaimana hidup
mereka akan berakhir. Si Aku yang memiliki paman di cerpen pertama ini berkisah
tentang penyakit pamannya yang hanya memberinya masa hidup kurang lebih 7 bulan
saja. Dan apakah akhirnya si paman mati seperti prediksi dokter? Tentu ini
adalah plot twist dari si penulis 😂😂😂
Dosa Besar No. 14
Apa itu dosa nomor 14? Cerita ini agak random karena
berhubungan dengan masa lalu si karakter utama, Manik dan temannya yang buta, Supri.
Manik memiliki kebiasaan membacakan cerita-cerita dongeng pada Supri yang buta. Manik
yang merasa hanya memiliki Supri sebagai temannya, tiba-tiba ditinggalkan Supri
yang lebih memilih bersama temannya yang lain untuk menjadi pengemis. Saking
kesalnya, Manik menjitak kepala Supri yang buta. Mengambil setting di Semarang
dan tradisi yang pernah begitu populer di Semarang, cerita disini mengalir. Antara
sadis, komikal sekaligus miris.
Sebelum Peluncuran
Apa yang akan kau mau lakukan ketika kau akan segera
terkenal dengan film atau bukumu? Belum lagi hari H mu tiba untuk peluncuran,
kau akan disibukkan dengan segala persiapan tampil di depan umum. Apa kau mau
terlihat parlente atau kumuh? Dan apakah penampilan itu menentukan bagus
tidaknya karyamu? Pahit manis kisah ini disampaikan secara gamblang, sedikit
vulgar tapi cukup menghibur.
Edelweiss Melayat ke
Ciputat
Kisah pembunuhan dan selingkuh sangat kental disini. Semula saya
cukup bingung suami siapa yang dikisahkan disini, dan apa hubungan antara si
Edelweiss ini dengan si korban. Ah, ternyata begitu. Njlimet tapi seru.
Rumah Kopi Singa
Tertawa
Judul yang sama muncul kembali di cerpen nomor 16. Sebenarnya
tak ada hubungan secara langsung antara kisah nomor 5 dan 16 ini. Hanya lokasinya
yang sama. Obrolan random antara para pengunjung kafe Rumah Kopi Singa Tertawa
ini. Dialog yang terekam mulai dari pasangan yang akan memadu janji, bincang
esek-esek hingga bintang-bintang panas Jepang. Benar-benar random. Jika punya
waktu luang, dan ingin mengerti kisah cukup lengkapnya dari masing-masing
pengunjung, silakan saja mengamati nomor-nomor meja. Tadinya saya penasaran,
saya ulang lagi obrolan dari meja ke meja, ternyata ya tetep random wkwkwkwk…
Tiga Lelaki dan
Seekor Anjing yang Berlari
Ini adalah bagian kisah dari novel Raden Mandasia si Pencuri
Daging. Sebenarnya saya masih cukup mengingat bagian ini, terutama bagian
diterimanya Raden Madasia, Sungu Lembu dan Loki Tua di sebuah rumah ketika
mereka tengah berlari. Di tengah gurun, sebuah rumah menerima mereka dan memberi
hidangan daging yang enak, namun jumlah anggota yang berlari itu berkurang satu
keesokan harinya. Antara geli, kasihan dan jijik di bagian ini. Siyaaalll….
Telur Rebus dan Kulit
Kasim
Kisah ini juga merupakan bagian kecil dari novel Raden
Mandasia. Berbicara tentang kasim, tentu saya masih ingat bagian ini. Bagian telur
rebusnya saya yang agak lupa :D Setelah membaca bagian ini, saya menyimpulkan,
penulis ini tidak hanya mampu menghadirkan deskripsi detil pada kisahnya,
deskripsi yang bisa membuatmu muntah-muntah hahahaha…
Kabut Permata
Kisah rumah tangga tak akan pernah selesai diceritakan
kembali. Kisah seorang suami yang ditinggalkan sang istri tanpa alasan yang
jelas, membuat saya bertanya-tanya, apakah karena bosan, seseorang bisa begitu
saja meninggalkan keluarganya? Hmmmm…
Kabut Suami
Kisah ini pun tak jauh berbeda. Jika sebelumnya, sang suami
yang kehilangan si istri, kali ini, si istri yang mencari si suami. Ia masih
merasakan kehadiran si suami di dekatnya, namun ia tak nampak. Apakah harus
demikian rumit untuk membuktikan cintamu pada pasanganmu?
Sengatan Gwen
Mungkin ini adalah cerpen paling spektakuler di kumcer ini. Eeehhmmm…
sebenarnya hampir mirip dengan cerpen yang ada di kumcer sebelumnya berjudul Elena
(kurang yakin ding). Dengan konflik yang berbeda, tapi plot twist yang mirip
tapi tetap saja membuat ngakak wkwkkwk…
Ajal Anwar Sadat di
Cempaka Putih
Jika kamu tumbuh besar di tahun 1980an, kamu pasti kenal
nama ini. Nama ini identik dengan nama Presiden Mesir ke tiga, Muhammad Anwar
el-Sadat, yang meninggal di tahun 1081. Entah bagaimana nama ini begitu akrab
di telinga saya. Mungkin tahun segitu, berita di TVRI (satu-satunya saluran televisi
di Indonesia, sering menyebut namanya.
Apalah arti sebuah nama, begitu kata Shakespeare. Tapi berita
penembakan Anwar Sadat ini menginspirasi ayah Anwar Sadat yang lahir di
Semarang untuk memberikan nama pada anaknya. Si ayah barangkali berharap si
anak akan tumbuh sejantan dan sepemberani Presiden Mesir tersebut. Menilik judulnya,
apakah ia tumbuh seperti harapan ayahnya?
Dari Dapur Bu Sewon
Saya sempat membacakan cerpen ini pada keponakan saya kelas
3 SD. Karena kebetulan kocak, saya menikmati membacakan kisah haru biru tetangga bu Sewon ini. Dari sekian para tetangga di sekitarmu, mungkin kamu bisa
menemukan satu yang setipe dengan bu Sewon, seorang yang sangat pemurah di
bidang kuliner, sekaligus menganggapmu sebagai kelinci percobaan untuk
masakannya :D
Penyakit-Penyakit
yang Mengundang Tawa
Melihat judulnya, apakah kau bisa menduga penyakit macam apa
yang bisa mengundang tawa? Ada dua kisah berbeda disini, tapi yang menjadi
perhatian saya adalah kisah masa muda Gajah Mada ketika dipanggil Bekel Mada. Cerita
ini berpusat pada jaman Jayanegara atau Kalagemet.
Ah iya, satu lagi, penyakit gondong. Ada yang pernah
merasakan penyakit ini? Dan apakah kau pernah mendengar hubungan antara
penyakit gondong dengan pewarna pakaian yang disebut blau? Aaahhh… jaman
sekarang, sudah sangat susah mencari blau ini :D
Durna Sambat
Setelah membaca
sekilas sejarah tentang kerajaan Jayanegara, saya ternganga pada kisah
Mahabharata yang mengambil sudut pandang Durna ini. Sekilas saya berusaha
mengingat-ingat cerita wayang yang saya baca dari bonus majalah Ananda. Saya sempat
mengira Durna ini sebagai sosok antagonis dalam kisah Mahabharata ini. Membaca ini
saya merasa, beliau hanya berusaha setia pada Negara dan keluarga yang
merawatnya. Aahhh… saya jadi kangen membaca kisah dua keluarga legendaris
Pandhawa dan Kurawa ini.
Siapakah punakawan yang paling kau hafal? Dari bentuk
tubuhnya, saya yakin kau bisa membedakan siapa mereka. Tapi dari kelima
punawakan ini, siapa yang memiliki kisah paling menarik sekaligus kisah paling
getir? Disini, kisah Togog dan Petruk menjadi pusat cerita.
Laki-laki di Ujung
Jalan
Siapa diantara kalian yang masih mengingat kejadian gerhana
matahari 11 Juni 1983? Saya masih duduk di bangku SD ketika itu. Ini adalah gerhana matahari
paling total dan memiliki kisah yang takkan pernah lupa. Media social pada
waktu itu tentu belum ada. Semua mata merekam kejadian yang tayang di layar televisi
yang masih hitam putih. Segala kisah saintifik hingga mistik mengiringi
kejadian langka ini. Cerita pendek ini mengangkat kisah dari sisi mistik nan
pedih.
Tiga Maria dan Satu
Mariam
Nama Maria dan Mariam ini sangat dekat, hanya agama yang
memisahkan antara keduanya. Sangat dekat, hanya kepercayaan yang memisahkan. Demikian
juga dengan nasih para Maria-Mariam disini. Pilu, pahit dan menyedihkan.
Kapal Perang
Pernah diberi pertanyaan oleh seseorang, utamanya tetanggamu,
tentang apa yang tengah kau lakukan padahal sudah jelas kamu sedang melakukan
apa? Misal saja, kau membawa keranjang belanjaan, dan kau mendapat pertanyaan, “belanja?”.
Hahaha… dulu saya merasa pertanyaan macam ini semacam pertanyaan basa basi yang
tak perlu dijawab. Ini juga terjadi pada Abdullah Yusuf Gambiranom. Banjir di
kota Semarang di tahun 1980an sudah seperti Jakarta di awal tahun 2020 ini. Pertanyaan,
“ngepel, pak?” seusai banjir surut membuat Abdullah Yusuf Gambiranom gondok
wkwkwk…
Hukum Murphy Membelit
Orang-orang Karangapi
Jenis hukum apa ini? Sepertinya ini adalah hukum sial yang
beruntun sekaligus menular. Aneh tapi seram.
0 Response to "Rumah Kopi Singa Tertawa by Yusi Avianto Pareanom"
Post a Comment